Sinopsis Novel Di Bawah Lindungan Ka'bah
Assalamu'alaikum
Wr. Wb.
Sinopsis
Novel Di Bawah Lindungan Ka'bah
Saya
share Novel Di Bawah Lindungan Ka'bah karna novel ini
dulunya tidak asing tapi sekarang sangat - sangat asing dikarnakan banyak novel
- novel terbaru. Dan saya tidak ingin basa basi lagi silahkan baca dan
cermati Sinopsis Novel Di Bawah Lindungan Ka'bah dibawah ini.
Novel
yang berjudul “Di bawah Lindungan Ka’bah” karya Hamka ini
menceritakan tentang kisah cinta yang tak sampai antara Hamid dan Zainab,
yang mereka bawa sampai liang lahat.
Awal
cerita dimulai dari keberangkatan “Aku” ke Mekah guna memenuhi rukun Islam yang
ke-5 yaitu menunaikan ibadah haji. Alangkah besar hati “Aku” ketika melihat Ka’bah
dan Menara Masjidil Haram yang tujuh itu, yang mana sudah menjadi
kenang-kenanganku. “Aku” menginap di rumah seorang syekh yang pekerjaan dan
pencaariannya semata-mata memberi tumpangan bagi orang haji. Di sinilah “Aku”
bertemu dan mendapat seorang sahabat yangmulia dan patut dicontoh yang bernama Hamid.
Hidupnya amat sederhana,tiada lalai dari beribadat,tiada suka membuang-buang
waktu kepada yang tiada berfaedah, lagi amat suka memperhatikan kehidupan
orang-orang yang suci, ahli tasawuf yang tinggi. Bila “Aku” terlanjur
membicarakan dunia dan hal ihwalnya, dengan amat halus dan tiada terasa
pembicaraan itu telah dibelokkannya kepada kehalusan budi pekerti dan
ketinggian kesopanan agama.
Baru
dua bulan saja, pergaulan kami yang baik itu tiba-tiba telah terusik dengan
kedatangan seorang teman baru dari Padang,
yang rupanya mereka adalah teman lama. Ia bernama Saleh, menurut kabar ia
hannya tinggal dua atau tiga hari di Mekah sebelum naik haji, ia akan pergi ke
Madinah dulu dua tiga hari pula sebelum jemaah haji ke Arafah. Setelah itu ia
akan meneruskan perjalanannya ke Mesir guna meneruskan studinya. Namun
kedatangan sahabat baru itu, mengubah keadaan dan sifat-sifat Hamid.
Belakangan
Hamid lebih banyak duduk termenung dan berdiam seorang diri, seakan-akan
“Aku” dianggap tidak ada dan idak diperdulikannya lagi. Karena merasa tidak
nyaman, maka “Aku” memberanikan diri mendekati dan bertanya kepadanya, kabar
apakah gerangan yang dibawa sahabat baru itu sehingga membuatnya murung. Ia
termenung kira-kira dua tiga menit,setelah itu ia memandangku dan berkata bahwa
itu sebuah rahasia. Namun setelah dibujuk agak lama, barulah ia mau berbagi
kedukaannya kepadaku. Dan ternyata rahasia yang ia katakan ialah tentang masa lalu
dan kisah cintanya dimasa itu. Saleh mengabarkan kalau dia sudah menikah dengan
Rosna yang kebetulan teman sekolahnya dan sahabat Zainab juga.
Suatu
ketika Rosna bertandang ke rumah Zainab, yang mana Zainab itu
adalah orang yang Hamid kasihi selama ini, namun ia tiada berani untuk
memberitahukan perasaannya itu kepada Zainab,mengingat jasa-jasa orang
tua Zainab kepada Hamid dan ibunya selama ini. Apalagi saat itu
ibunya Zainab pernah meminta Hamid untuk membujuk Zainab
supaya mau dinikahkan dengan kemenakan ayahnya. Padahal waktu itu Hamid
berniat unuk memberi tahukan tentang perasaannya yang selama itu dia simpan
kepada Zainab,namun niatnya itu diurungkannya.
Betapa
terkejutnya Hamid ketika ia dimintai tolong untuk membujuk Zainab
supaya mau dinikahkan dengan orang yang sama sekali belum ia kenal. Hamid
gagal membujuk Zainab, karena Zainab menolak untuk dinikahkan. Hamid
pulang dengan perasaan yang kacau balau, sejak saat itu Hamid memutuskan
untuk merantau, sebelum pergi ia menulis surat
untuk Zainab. Setelah itu mereka tiada berhubungan lagi, dan sampai
sekarang pun ia masih menyimpan perasaanya itu. Dan kedatangan Saleh kemarin
memberitahukan bahwa ternyata Zainab pun menyimpan perasaan yang sama,
perasaan yang selama ini disimpan oleh Hamid. Saleh memberitahukan bahwa
kesehatan Zainab memburuk dan ia ingin sekali tahu bagaimana kabar Hamid.
Setelah
Zainab mendengar keberadaan Hamid di Mekah,
Ia pun mengirim surat
kepada Hamid sebagai balasan surat
Hamid yang dulu. Seminggu setelah itu, Zainab pun menghembuskan
nafasnya. Hamid tidak mengetahui kematian Zainab karena pada saat
itu iapun sedang sakit, sehingga temannya tidak tega untuk memberitahukan kabar
tersebut. Ketika Hamid sedang melaksanakan tawaf dan mencium hajar aswad
ia berdoa dan menghembuskan nafas terakhirnya.
KUTIPAN
Salinan
surat Zainab
Abangku
hamid!
Baru
sekarang adinda beroleh berita di mana Abang sekrang. Telah hampir dua tahun
hilang saja dari mata,laksana seekor burung yang terlepas dsri sangkarnya
sepeniggal yang empunya pergi. Kadang-kadang adinda sesali diri sendir, agaknya
adinda telah bersalh besar, sehingga Kakanda pergi dengan tak memberi tahu
lebjh dahulu.
Sayang
sekali, pertanyaan Abang belumdapat adinda jawab dan Abang telah hilang sebelum
mulutku sanggup nenyusunperkataan pnjawabnya. Kemudian itu Abang perintahkan
adinda menurut perintah orang tua, tetapi adinda syak wasangsa melihat sikap
Abang yang gugup ketika menjatuhkan perintah itu.
Wahai
Abang …pertalian kita diikatkan oleh beberapa macam tanda tanya dan teka-teki,
sebelum terjawab semuanya, kakanda pun pergi!
Adinda
senantias tiada putus pengharaan, adinda tunggu kabar berita. Di balik
tiap-tiap kalimat dari suratmu, Abang! … surat yang terkirim dari Medan, ketika
Abang akan berlayar jauh, telah adinda periksa dan dinda selidiki; banyak
sangat surat itu berisi bayangan, di balik yang tersurat ada yang tersirat.
Adinda hendak membalas, tetapi ke tanah manakah surat itu hendak dinda
kirimkan, Abang hilangtak tentu rimbanya!
Hanya
pada bulan purnama di malam hari dinda bisikkan dan pesankan kerinduan adinda
hendak bertemu. Tetapi bulan itu tak tetap datang; pada malam yang berikutnya
dan seterusnya ia kian surut …
Hanya
kepada angin petang yang berhembus di ranting-ranting kayu didekat rumahku,
hanya kepadanya aku bisikkan menyuruh supaya ditolongnya memeliharakan Abangku
yang berjalan jauh, entah di darat enah di laut, entah sengsara kehausan.
Hanya
kepada surat Abang itu, surat yang hanya sekali itu dinda terima selam hidup,
adinda tumpahkan air mata,karena hanya menumahkan air mata itulah kepandaian
yang paling penghabisan bagi orang perempuan. Tetapi surat itu bisu, meskipun
ia telah lapuk dalam lipatan dantelah layu karena kerap dibaca, rahasia itu
idak juga dapt dibukanya.
Sekarang
Abang, badan adinda sakit-sakit, ajal entah berlaku pagi hari, entah besok
sore, gerak Allah siapa tahu. Besarlah pengharapan bertemu.
Dan
jika Abang terlambat pulang, agaknya bekas tanah penggalian,bekas air penalakin
dan jejak mejan yang dua, hanyayang akan Abang dapati. Adikmu yang tulus,
Zainab
Do’a
Hamid ketika tawaf
“Ya
Rabbi, Ya Tuhanku, Yang Maha Pengasihdan Penyayang! Bahwasanya, di bawah
lindungan Ka’bah, Rumah Engkau yang suci dan terpilih ini, sayamenadahkan
tangan memohon karunia.
Kepada
siapakah saya akan pergi memohon ampun, kalau bukan kepada Engkau, ya Tuhan!
Tidak
ada seutas tali pun tmpat saya bergantung lain dripada tali Engkau; tidak ada
satu pintu yang akan saa ketuk, lain daripada pintu Engkau.
Berilah
kelapangan jalan buat saya, hendak pulang khadirat Engkau, saya hendak menuruti
orang-orang yang bertali hidupnya denganhidaup saya.
“Ya
Rabbi, Engkaulah Yang Mahakuasa, kepada Engkaulah kami sekalianakan kembali.”
Setelah
itu suaranya tiada kedengaran lagi; di mukanya terbayang, suatu chaya yang
jernih dan damai, cahaya keridaan illahi.
Di
bawah bibirnya terbayang suatu senyumandan … sampailah waktunya.
Lepas ia dari tanggapan dunia yang mahaberat ini, dengan keizinan Tuhannya. Di
bawah lindungan Ka’bah!
ANALISIS
INTRINSIK
1.
Tema
Novel
Di Bawah Lindungan Ka’bah karya Hamka ini
betemakan percintaan, seperti kebanyakan novel populer lainnya.
2.
Tokoh
Aku
Hamid
Saleh
Pak Paiman
Engku Haji Ja’far
Mak Asiah
Zainab
Rosna
Hamid
Saleh
Pak Paiman
Engku Haji Ja’far
Mak Asiah
Zainab
Rosna
3.
Latar/setting
Mekkah
(1927)
Padang (masa anak-anak sampai remaja)
Padang Panjang
Madinah
Padang (masa anak-anak sampai remaja)
Padang Panjang
Madinah
4.
Amanat
Pesan
yang ingin disampaikan penulis dalam novel ini yaitu segala sesuatu
membutuhkan pengorbanan. Kita sebagai manusia boleh berencana, berharap dan
berusaha semaksimal mungkin, namun Allah jugalah yang menentukan semua itu.
5.
Alur
Alur yang
digunakan dalam novel ini yaitu alur maju dan mundur.
6.
Sudut pandang
Dalam
menulis novel ini, penulis menggunakan sudut pandang orang pertama dan
orang ketiga.
7.
Gaya penulisan
Dalam menulis novel
Di Bawah Lindungan Ka’bah, Hamka menggunakan bahasa melayu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar