Sinopsis Novel “Pada Sebuah Kapal” karya Nh. Dini
Pernahkah anda membaca novel berjudul “Pada
Sebuah Kapal” karangan Nh. Dini? Novel “Pada Sebuah Kapal” karangan Nurhayati
Sri Hardini Siti Nukatin yang dikenal dengan nama Nh. Dini ini merupakan salah
satu novel populer pada periode 1971-1998. Novel yang diterbitkan oleh Gramedia
Pustaka Utama ini mendapat cukup banyak sambutan. Hal ini dapat dilihat dari
pencetakan ulang buku ini sampai lima
kali. Melalui novel ini Nh. Dini menggambarkan bagaimana sosok seorang wanita
dengan segala lika-liku kehidupan dan masalah yang dihadapi dalam percintaannya
Berikut sinopsis dari novel tersebut.
Novel ini menceritakan tokoh seorang wanita
bernama Sri. Sri adalah anak kelima dari lima
bersaudara. Ia memiliki dua kakak perempuan dan dua kakak laki-laki. Pada saat
Sri berumur tiga belas tahun Ayahnya meninggal dunia. Pada saat tamat Sekolah
Menengah, Sri bekerja sebagai seorang penyiar radio di kotanya, mengisi acara
kewanitaan. Tiga tahun berlalu, sampai akhirnya ia mendengar pengumuman
dibukanya pendaftaran bagi seorang wanita yang ingin menjadi pramugari.
Sri pun mencoba mendaftarkan diri dan ia
pun mendapatkan panggilan untuk ikut tes uji di Jakarta. Disini Sri bertemu dengan teman
sekolahnya yang bernama Narti. Namun Sri tidak lulus tes uji ini karena
gangguan kesehatan, terdapat flek di paru-parunya. Selama hampir tiga minggu
Sri beristirahat di sebuah villa di Salatiga. Setelah tidak lulus uji
pramugari, Sri melamar menjadi penyiar radio di Jakarta dan ia pun diterima.
Suatu hari Narti datang mengunjungi Sri dan
memperkenalkan temannya bernama Mokar dan Saputro. Mereka adalah seorang
penerbang. Saputro adalah seorang kapten pesawat. Selain menjadi penyiar, Sri
juga mengikuti latihan-latihan seni tari tak jauh dari rumah paman tempat ia
tinggal. Disana Ia berlatih tarian Jawa dan Bali.
Sri lalu mendapatkan telfon dari kakaknya yang berada di Semarang mengabarkan bahwa Ibunya meninggal
dunia. Sri, Sutopo, Pamannya, dan keponakan dari Ibunya langsung berangkat ke Semarang. Tiga hari
berlalu merekapun kembali ke Jakarta.
Sri pernah dilamar oleh seorang teman
kakaknya bernama Yus. Namun Sri menolak lamarannya dengan alasan tidak ingin
menikah dalah waktu dekat ini. Dengan keahliannya menari, Sri semakin sering
diundang menari di istana. Saat hari libur, Sri mengunjungi rumah kakaknya yang
juga tinggal bersama Lubis dan Tobing. Disana Sutopo sedang berbicara dengan
Carl, lalu dikenalkanlah Sri pada Carl.
Saat Sri masuk ke kantornya dan didapatinya
kartu nama dan nomor telfon bernama Charles V dari kedutaan Perancis. Disana
juga ditambahkan tulisan yang mengatakan ia mengundang Sri untuk datang ke
rumahnya. Pada malam kesenian kongres pemuda se-Asia, Sri menjadi salah satu
pengisi acaranya dengan menari. Tanpa disangka Saputro juga berada disana. Ia
mengucapkan pujian atas tarian Sri dan mengajaknya untuk pergi esok hari. Namun
saat Sri sudah menunggu, Saputro tidak datang karena tugas mendadak.
Semakin lama hubungan Sri dan Saputro
semakin dekat, bahkan paman, bibi, dan sepupunya mengatakan senang bahkan sudah
sayang kepada Saputro. Menurut mereka Saputro adalah anak laki-laki yang baik,
ramah, pintar, halus, dan sebagainya. Hal ini membuat Sri semakin tertarik
kepada Saputro, ditambah lagi dengan sikap Saputro yang begitu memperhatikan
Sri. Setiap kali ada kesempatan Saputro selalu menyempatkan waktunya untuk
datang dan menemui Sri. Saputro sering kali menceritakan apa yang dialaminya
saat tugas kepada Sri, begitu pula sebaliknya.
Dari telfon ataupun telegram yang
menunjukkan kedekatan Saputro dan Sri. Saputro lalu medapatkan tugas untuk
pergi ke luar negeri bersama enam orang temannya selama enam bulan. Selama
kepergian Saputro, Sri merasa sangat kesepian. Sepulangnya Saputro, Ia
pergi ke rumah Sri dan menginap disana. Saputro menemani Sri yang sendirian di
rumahnya karena paman, bibi, dan sepupunya pergi. Sampai pada malam itu Sri dan
Saputro bercintaan, hal ini membuat Sri semakin yakin dengan Saputro. Keesokan
harinya Saputro memberikan Sri sebuah bungkusan kecil dan setelah dilihat
isinya adalah gelang emas dan cincin tipis bermata berlian. Saputro mengatakan
bahwa ini adalah emas kawin untuk pernikahan mereka.
Sri dan Saputro pun hendak mempersiapkan
segala sesuatunya untuk pernikahan mereka. Sri sudah memilih bahan kebaya yang akan
ia kenakan nanti. Saputro memberinya sejumlah uang untuk membeli perlengkapan
lain. Menyiapkan surat-surat dan Saputro mengirimi surat kepada kakak Sri mengenai rencana
pernikahan mereka. Saputro lalu melanjutkan tugasnya untuk terbang ke Malang. Tidak lama
kemudian datang seorang laki-laki berseragam angkatan udara yang menyampaikan
bahwa Saputro telah gugur.
Sri sangat terkejut dan sedih mendengar
kabar ini. Pernikahan yang sudah di depan mata sirnah begitu saja ketika
mendengar Saputro telah meninggal. Sri mencoba bangkit dari keterpurukannya
sejak ditinggal Saputro. Carl teman Sri mencoba untuk menghibur Sri dan membuat
Sri menjadi lebih kuat. Carl yang baik dan perhatian kepadanya membuatnya
nyaman berada disamping Carl. Carl lalu melamar Sri, namun Sri menolaknya.
Sepuluh bulan kemudian Sri menikah dengan
Charles Vincent, pria berkebangsaan Perancis yang bekerja sebagai diplomat ini
menyebabkan Sri harus ikut berpindah-pindah tempat tinggal. Sri terpaksa
melepasakan kewarganegaraan Indonesianya. Sri lalu tinggal di Kobe, Jepang. Ia menganggap Charles adalah
sosok yang penuh dengan kelembutan, perhatian, dan kasih sayang. Namun semua
itu berubah sejak mereka menikah, Charles selalu membentak dan berkata kasar
kepada Sri.
Pernikahan mereka tidak lagi seharmonis
dulu meskipun saat itu Sri sedang mengandung anak mereka. Pada musim dingin
anak itu lahir. Carl pernah datang sesekali mengunjungi Sri saat ia berada di
Jepang. Beberapa saat kemudian Charles, Sri dan anaknya terbang ke Saigon untuk pemberangkatan ke Perancis, Charles
menggunakan pesawat terbang sedangkan Sri dan anaknya menggunakan kapal laut.
Disana Sri merasa bebas karena berada jauh dari suaminya.
Di kapal itu Sri bertemu dengan berbagai
macam orang dari berbagai macam negara. Ia bertemu dengan Tuan Haller seorang
kebangsaan Jerman yang tampan, Nyonya Hench, Nyonya Beucler, dan juga para
komandan kapal bernama Michel Dubanton. Tanpa disangka Sri merasa tertarik
dengan Michel di kapal itu padahal saat itu ia belum mengetahui siapa namanya.
Mereka hanya saling bertegur sapa saat pagi atau malam hari.
Tanpa sepengetahuan siapapun ternyata
Michel juga memperhatikan sosok Sri sejak pertama kali mereka bertemu. Michel
berusaha untuk mendekati Sri, namun ia merasa malu. Pada malam hari kapal akan
mengadakan pesta menyamar, kebanyakan penumpang mempersiapkan kostum mereka
untuk mengikuti lomba begitu juga dengan Sri. Sri mengikuti pesta menyamar dan
ia diminta untuk menari di acaranya selanjutnya. Seusai acara dilanjutkan
dengan dansa, Sri berdansa dengan beberapa orang sampai akhirnya ia berdansa
dengan Michel.
Kedekatan mereka bertambah saat mereka
bertemu di salon saat kapal sedang sepi dan Michel memberanikan diri untuk
memulai pembicaraan kepada Sri. Mereka mulai banyak bercerita tentang kesukaan
mereka, membicarakan buku-buku bacaan mereka, dan lain-lain. Michel lalu
mengajak Sri ke kamarnya untuk mengambil buku. Michel yang merasa senang dengan
sikap Sri yang halus, pandai menari dan tidak banyak bicara membuatnya semakin
mengaguminya.
Michel sudah menikah dengan perempuan
bernama Nicole yang lebih tua lima
tahun darinya, namun sikapnya sangat tidak menyenangkan. Nicole yang cerewet,
kasar, banyak memerintah, dan seperti anak-anak membuat Michel tidak lagi
mencintai Nicole seperti dahulu. Meskipun mereka sudah mempunyai dua orang anak
laki-laki, tidak membuat Michel mencintai Nicole. Michel sangat menginginkan
anak perempuan, tetapi yang dilahirkan Nicole adalah anak laki-laki.
Beberapa hari kemudian Michel mengajak Sri
ke kamarnya untuk mengambil buku yang lain, lalu dikunci pintu kamarnya. Ia
meletakkan kuncinya, lalu ia menatap Sri, memeluknya, dan menciumnya. Sri tidak
menolak dengan sikap Michel, lalu mereka bercintaan. Setibanya di Marseille Sri
merasa sedih karena harus berpisah dengan Michel dan menemui suaminya Charles.
Pertengahan musim gugur Sri kembali ke Kobe.
Walaupun begitu Michel beberapa kali mengirimkan Sri surat,
sampai pada surat
ketiga ia mengatakan akan berlabuh di Kobe.
Sri lalu menemuinya secara diam-diam. Saat itu Michel menanyakan apakah
Sri ingin menjadi istrinya, namun Sri hanya diam. Hubungan Sri dan Charles
semakin tidak baik. Sri semakin sering memikirnkannya dan meyakinkan diri bahwa
ia mencintai Michel. Michel dan Sri saling mengirimkan kartu bergambar dan
tulisan berisikan kabar mereka. Sri mengabarkan bahwa ia akan pindah ke Paris. Mendengar hal itu
Michel berusaha meminta tugas darat di Paris agar bisa sering bertemu dengan
Sri.
Ditulis oleh : Prayogo Pangestu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar