SINOPSIS NOVEL REMAJA "BIDADARI
SO WHAT"
TUGAS
BAHASA INDONESIA
: MEMBUAT SINOPSIS NOVEL
Judul Buku : Bidadari So What
Penulis : Muharram R
Jumlah halaman : 195
Penerbit : Puspa Swara, Anggota Ikapi
Cetakan ke- : 1, tahun
2006
Hasil
sinopsis :
"BIDADARI
SO WHAT"
Ada
seorang laki-laki bernama Albin. Dia adalah laki-laki super pendiam. Ibarat
kata, kehadirannya hanya untuk memenuhi kelas. Nama lengkapnya adalah Albin
Febianto. Sebenarnya, Albin juga suka melawak, tapi cuma dibicarakan dalam hati.
Yang mendengar hanya dia sendiri sama Tuhan. Albin lumayan tinggi, tidak
gendut, tetapi berisi. Dia dia paling suka main basket.
Tiap
pagi, Albin berangkat sekolah menyusuri jalan Aksan. Jalan yang dilewati mobil
Andera. Perempuan cantik dengan otak cemerlang dan tentunya sikap yang terpuji.
Andrea tergabung dalam geng “So What”, yang anggotanya, “nyaris” perempuan
semua, karena ada seorang laki-laki yang bertingkah laku seperti wanita
(bernama Jenong). Geng “So What” terdiri dari 4 anggota, yaitu, Pia, Adek,
Jenong, dan Andrea.
Andrea adalah kakak kelas yang diperhatikan oleh Albin semenjak Albin masuk ke sekolahnya. Perempuan kelas 3 IPA 4. Untuknya, satu kata yang ingin Albin ucapkan untuk Andrea, yaitu... SEMPURNA !
Andrea adalah kakak kelas yang diperhatikan oleh Albin semenjak Albin masuk ke sekolahnya. Perempuan kelas 3 IPA 4. Untuknya, satu kata yang ingin Albin ucapkan untuk Andrea, yaitu... SEMPURNA !
Albin
sangat memuja Andrea, dia begitu terobsesi. Hingga merasa GR (Gede Rasa) sekali
waktu Andrea menanyakan bedaknya. Dari kejadian ini, si Albin menjadi berubah.
Albin meninggalkan gelarnya sebagai laki-laki paling pendiam. Dia berubah
menjadi hiperaktif, ceria terus.
Ada
tetangga Albin yang menyukai Albin. Namanya adalah Mae-mae. Tapi sayangnya,
Albin tidak menyukai Mae-mae. Dia hanya mencintai Andrea. Dan yang mencintai
Mae-mae malah Ildira, kakaknya Albin. Hampir setiap hari, Mae-mae datang ke
rumah Albin. Tujuannya adalah untuk “PDKT” (pendekatan) dengan Albin.
Tetapi, Albin tidak pernah peduli.
Waktu
istirahat, Albin dan dua temannya pergi ke kantin. Saat itu juga, geng So What
ada di kantin. Mereka sedang mencari tempat duduk. Kemudian, Andrea dan
pasukannya minta ijin duduk di meja Albin. Dan mereka duduk di meja Albin.
Secara tiba-tiba, jantung Albin berdegup kencang.
Setelah
selesai makan, Albin bangkit dan pergi menuju kelasnya. Ketika Albin melangkah
pergi, terdengar suara jeritan kecil dari Andrea. Saat Albin menoleh, Pia,
Adek, Jenong, dan Andrea tertawa. Sejak saat itu, Albin menjadi penasaran.
Sore
hari, Mae-mae main ke rumah Albin sampai malam. Terus dia minta Albin untuk
mengantarkan pulang. Akhirnya Albin pergi mengantar Mae-mae menyusuri gang yang
gelap. Mereka kemudian menyeberang jalan, dan masuk ke gang lain. Sejak dari
sanalah, Mae-mae mulai aktif berinteraksi. Dia terus mendekati Albin. Saat
mereka sampai di sungai, untunglah masih ada perahu, walaupun perahu terakhir.
Kemudian mereka sampai di depan rumah Mae-mae, lalu Mae-mae mengucapkan terima
kasih. Kemudian Albin segera pulang.
Hari
ulang tahun Sherly, teman sekelas Albin. Albin ikut traktir nonton film di
bioskop. Ada
empat bangku kosong di samping. Kemudian empat bangku kosong tersebut diduduki
oleh geng So What. Andrea di samping Albin. Tiba-tiba keadaan bioskop menjadi
gelap gulita karena menyesuaikan adegan dalam film. Albin memandang Andrea
dalam kegelapan. Begitu juga Andrea. Saat lampu menyala, Albin dan Andrea
sama-sama salah tingkah. Albin jadi tambah penasaran.
Sejak Albin ketemu Pia waktu pulang sekolah, dan Pia
bertingkah laku aneh kepada Albin, Albin merasa Pia gemas padanya. Begitupun
Adek dan Jenong. Karena pada waktu yang berbeda Adek dan Jenong juga bertingkah
laku aneh padanya.
Saat Albin pulang sekolah, Mae-Mae sudah siap di rumah
Albin bersama Ibunya Albin, sambil lihat-lihat majalah. Albin memberi salam
kepada Ibunya sambil membuka sepatu dan masuk ke dalam rumah. Mae-Mae langsung
mendongak, berhenti dari membaca majalah dan membalas salam Albin. Kemudian
Mae-Mae menyimpulkan senyuman tipis dari bibirnya. Albin hanya nyengir dan
berlalu masuk ke dalam. Albin semakin yakin kalau Mae-Mae menyukainya.
Istirahat ke dua di hari Selasa. Albin
menunggu-nunggu. Bukan karena pelajaran matematikanya akan berakhir. Lebih
karena kelas 3 IPA 4 baru saja beres olahraga. Albin mengajak beberapa temannya
untuk menghadiri keramaian kantin, dan beberapa ada yang mau. Albin bertiga ke sana bersama Ucok dan
Butet. Albin sudah hampir sampai di ujung koridor, tinggal menuruni tiga anak
tangga maka sampailah di lingkungan kantin. Ketika itulah, perasaan Albin
mengatakan bahwa Albin harus menoleh. Berbaliklah Albin ke belakang. Ternyata
geng So What ada di belakangnya. Mereka ada di belakang Albin. Saat Albin membalikkan
badan, keempat personel So What sedang menatap ke arahnya. Kemudian keempatnya
salah tingkah, dan langsung menatap langit-langit. Dan Albin baru merasakan
mereka cekikikan ketika dia membalikkan badan lagi ke depan. Albin, Ucok, dan
Butet berhasil memesan bakso tahu yang konternya ada di pojok. Mereka langsung
duduk di kursi khusus di konter itu. Dari tempat duduk, Albin masih bisa
melihat gadis itu duduk bersama gengnya. Dia tengah tertawa-tawa bersama So
What. Membicarakan sesuatu.
Pagi yang dingin di suatu hari. Albin berjalan di
jalan Aksan, dan tak menemukan Honda Civic pink lewat mendahuluinya. Namun
begitu Albin sampai dibelokan terakhir, dengan jelas dilihatnya mobil itu telah
terparkir rapi di belakang Kia Visto. Andrea hadir hari ini, dan Albin tak
sabar lagi untuk melihatnya. Ada banyak
moment-moment dimana Albin akhirnya bisa melihat Andrea sedang berada di ujung sana. Sampai Albin bangkit
untuk masuk ke dalam kelas karena guru yang akan mengajar dikelasnya sedang
berjalan ke arahnya. Pelajaran terakhir ditutup dengan tugas menyebalkan bagi
Albin berupa resensi novel. Albin beruntung, karena per kelompok, jadi tidak
kerja sendiri. Dan lebih berutung lagi, Albin sekelompok dengan orang-orang
yang santapan sehari-harinya adalah berlembar-lembar cerita fiksi. Sesampainya
di luar, Albin membuang tasnya di atas lantai dan gabung main basket sama yang
lain. Hingga suatu kali, bola yang dilempar malah menggelinding keluar
lapangan. Dan karena Albin yang paling dekat untuk mengambilnya, dia berlari
sambil terengah mengejar bola itu. Bola itu malah menghantam Jenong, Albin
mengambil bola yang kembali ke lapangan karena memantul di tembok, kemudian
melemparkannya ke tengah. Albin nggak gabung bersama mereka lagi. Dia
menghampiri Jenong sekadar untuk meminta maaf, atau mengobrol sebentar, atau
juga untuk melepas lelah.
Senin terasa ramai. Albin mulai berkicau. Dia berani
mengekspresikan dirinya yang tadinya pendiam menjadi cerewet dengan lawakannya.
Sampai membuat seisi kelas tertawa karena kicauannya. Saat Albin sedang
berkicau, tiba-tiba ada suara salah seorang temannya yang mengatakan bahwa si
Albin lagi jatuh cinta sama si Jenong. Semua cowok mengejek Albin, khususnya
cowok yang Kamis kemarin main basket dengannya. Albin mencoba mengembalikan lagi
derajat dirinya dengan menjelaskan bahwa si Jenong cuma batu loncatan. Saat
seisi kelas menertawakan Albin, tiba-tiba ada seseorang yang berbisik kepada
Albin kalau Andrea, yang Albin incar. Albin menoleh dan mendapati Cika yang
berbisik barusan. Albinpun menjawab dengan leluconnya, sampai Cika mencubit
lengannya sebentar, kemudian melanjutkan lagi nyalinnya. Ternyata Cika itu
kenal sama Andrea dan dia juga punya nomor teleponnya. Dia kenal Andrea di BSM
waktu Dian Sastro ke Bandung.
Ban mobil Andrea kempes, terus temen Cika yang laki-laki membantu memperbaiki.
Sejak itu, mereka jadi sering
bertelepon. Susunan parkir mobil mereka juga selalu berurutan. Andrea selalu
ada di belakang mobil Cika.
Albin berkata dengan senang membuka obrolan di atas
perahu ketika mengantarkan Mae-Mae pulang. Albin berkata bahwa dia sedang jatuh
cinta. Mae-Mae tiba-tiba tersipu, dia langsung membelakangi Albin dengan
malu-malu. Albin melihat wajahnya memerah. Albin menanyakannya sambil menarik
bahunya agar berbalik. Tiba- tiba Mae-Mae menjauh, berjalan malu-malu. Albin
menghampirinya kemudian mereka membicarakan tentang keluarga Mae-Mae. Dan
setelah itu, Albin tak menyinggung kisah cintanya lagi.
Sekarang udah hari Selasa lagi. Waktunya bertemu
bintang hati yang kini tengah mengikuti pelajaran olahraga di lapangan bagi
Albin. Beruntung sekali dia, tak ada guru di jam pelajaran ke-5 dan 6. Dan ini
membuatnya dapat dengan bebas memandang Andrea dari depan kelas. Albin tahu
kalau BP ngasih tugas buat ngisi waktu yang kosong. Tapi dia males. Lagipula
banyak temen-temennya yang milih duduk-duduk di depan kelas sambil ngobrol. Dan
dia nggak bisa main basket karena lapangannya dipakai. Tidak apalah, lagi pula
yang memakai juga kelas 3 IPA 4, jadinya Albin bisa ,melihat Andrea lebih dekat
lagi. Dari yang Albin lihat, guru olahraga juga tidak ada. Jadi siswa-siswa di
lapangan masih pada ngobrol atau main-main sama yang lain. Tapi yang kini Albin
perhatikan hanya Andrea. Dia lagi sama So What, duduk melingkar dan mengobrol.
Entah matanya Albin yang salah lihat atau perasaannya saja, atau bener terjadi,
kelihatannya So What lagi ngomongin dia. Mereka sekali-sekali ngelirik Albin
bareng sampai Albin harus menoleh kemana dulu karena dia sendiri lagi
memperhatikan Andrea. Si Jenong sambil tersipu, melirik ke arahnya, terus dia
bisik-bisikan. Adek juga sama. Dengan bahu yang bergetar, Adek tengah mencoba
curi-curi pandang padanya. Hanya Andrea saja yang kelihatannya jarang
ngelihatin Albin. Tapi sekalinya noleh ke arahnya, Albin lihat, Andrea selalu
tersenyum! Waduh, ada apa sih dengan So What akhir-akhir ini? Kenapa mereka
kelihatannya sering ngomongin Albin? Apa mereka udah tahu kalau dia suka
memperhatikan mereka. Jangan-jangan iya nih! Wah, gawat… bisa malu Albin!
Gimana ini…? Albin bangkit dan masuk ke kelas. Ngecek dulu, bener nggak sih
yang dari tadi mereka lihatin tuh Albin? Bisa aja kan yang mereka omongin tuh cowok-cowok di
sebelahnya. Albin nggak mau kepedean nyangkain anak-anak So What ngomongin dia.
Makanya, sesampainya di kelas dia langsung sembunyi di balik pintu. Dan dari
celah engsel yang panjang, Albin mencoba mengintip apa yang terjadi pada mereka
sekarang. Mereka kepanikan! Mereka nyari-nyari ke arah kelas. Celingukan sambil
memicingkan mata dan meneduhkan pandangan menggunakan pinggir tangan. Benarkah
mereka mencari Albin? Mereka nyariin Albin! Nggak nyangka! Albin yakin itu.
Dugaannya tak salah. Jadi Albin tak bisa disebut kepedean lagi sekarang. Mereka
kecewa waktu ngelihatnya masuk. Tapi apa bener sih? Ah, butuh dites lagi nih!
Albin berjalan keluar ke arah anak-anak yang nongkrong. Sambil ngelirik, dia
lihat mereka kembali bersorak. Dan dia langsung balik lagi ke dalam kelas.
Kembali menyinggahi celah engsel sambil melihat So What duduk di lapangan.
Mereka kecewa lagi. Ya ampun… kenapa sih? Ternyata bener, yang mereka perhatiin
dari tadi tuh Albin. Dan yang dia heranin, KENAPA DIA BISA DIPERHATIIN SAMA
MEREKA?
Albin memenuhi pirmintaan Cika yang ingin bicara
dengannya empat mata di kantin. Namun melihat keadaan kantin, sepertinya
pertemuan ini mesti berubah nama menjadi ‘Pertemuan empat mata diiringi ribuan
mata yang tak ikut campur’. Artinya pertemuan dua orang ini dihadiri banyak
orang di sekitar. Cika memulai pembicaraan ketika Albin menyedot pop ice
lecinya. Dia bilang kalau Albin berubah. Cika punya satu informasi buat Albin.
Informasi rahasia. Informasi dari Andrea. Cika menambahkan lagi supaya jangan
bilang sama siapa-siapa. Ternyata, satu di antara anak-anak So What, ada yang
suka sama Albin. Kata Cika, semalem Andrea nelpon. Katanya, orang yang
ngecengin Albin tuh, udah nggak sabar pengen Albin tahu kalau ‘dia’ ngecengin
Albin. Tapi ‘dia’ nggak mau Albin tahu siapa dia sekarang. Katanya, ‘dia’
pengen Albin cari tahu sendiri… Cika nggak akan bantu. Albin harus cari tahu
sendiri. Albin melamun memikirkan possibility orang yang sayang sama dia
sekarang.
Setelah Albin cari tahu informasi tentang Pia dan
Adek, ternyata mereka sudah punya kekasih sendiri-sendiri. Tinggal Jenong
satu-satunya yang berpeluang besar suka sama Albin.
Jadi, suatu hari Albin akan menolak Jenong dengan
halus. Saat Albin mau mengutarakan maksudnya, tiba-tiba HP Jenong berdering.
Jenong berbicara dengan orang yang meneleponnya. Sampai akhirnya Jenong
pingsan. Ternyata, Jenong pingsan karena kekasihnya masuk rumah sakit. Rian,
kekasih Jenong dipukuli sampai babak belur oleh preman-preman hingga akhirnya
masuk rumah sakit. Ternyata Jenong sudah mempunyai kekasih. Dugaan Albin yang
terakhir adalah, Andrea yang menyukai Albin.
Suatu hari, Albin berangkat sekolah seperti biasa.
Sampai depan kelasnya, Albin mendengar dua orang sedang berbicara. Ternyata,
mereka adalah Andrea dan Cika. Andrea sedang berkata kepada Cika bahwa dia
sudah tidak tahan lagi ingin bertemu Albin dan ingin Albin tahu perasaannya selama
ini. Albin yang berada di luar kelas, mendengar semua pembicaraan Andrea dan
Cika. Dan betapa senangnya hati Albin, ternyata benar, Andrea yang selama ini
menyukainya.
Saat Andrea dan Cika keluar kelas, mereka kaget dan
gugup karena melihat Albin. Terutama Andrea. Setelah kejadian itu, Albin mulai
sibuk mencari cara untuk mengungkapkan perasaannya pada Andrea.
Hari pada saat Albin akan mengungkapkan perasaannya
pada Andrea, Albin malah dilabrak oleh Andrie dan kawan-kawan. Andrie adalah
mantan kekasih Andrea. Dia masih mencintai Andrea. Padahal Andrea sudah tidak
mencintainya. Tetapi, pada saat itu juga, Andrea dan pasukannya datang dan
membela Albin.
Sore harinya, waktu Albin mau nembak Andrea, Albin
malah nggak jadi nembak Andrea. Padahal, Andrea sangat mengharapkannya. Alasan
Albin, orang-orang akan bicara macam-macam jika dia jalan sama Andrea. Andea
itu kan, bisa
dibilang mendekati sempurna! Bidadari sekolah! Masa jalan sama Albin! Anak
kelas satu!
Wajah Andrea langsung pucat. Betapa hancur hatinya.
Tetapi ia langsung berkata bahwa Albin itu harus bertanggungjawab karena selama
ini Albin telah mencuri hatinya sampai dia selalu teringat pada Albin.
Setelah mendengar semua yang dikatakan Andrea, Albin
berlutut di depan Andrea, mengutarakan isi hatinya pada Andrea dan meminta
Andrea untuk menjadi pacarnya sambil memberikan sapu tangan bertuliskan
Albindrea. Betapa senangnya Andrea! Dia pun menerima Albin menjadi pacarnya.
Beberapa hari setelah mereka jadian, Albin dikroyok
dan dipukuli oleh Andrie dan kawan-kawan sampai babak belur dan tak sadarkan
diri. Saat Albin sadar, dia berada di rumah sakit dan di sampingnya ada Andrea
yang selalu menjaganya. Albin merasa paling bahagia walaupun tubuhnya terasa
sakit.
Keluarga Albin dan Mae-Mae datang untuk menjenguk
Albin. Mae-Mae cemburu melihat Albin dan Andrea. Andrea tahu betul keadaan saat
itu. Dia pun pergi meninggalkan Albin dan Mae-Mae. Albin menjelaskan semuanya
pada Mae-Mae, bahwa Andrea adalah pacar Albin, Mae-Mae harus bisa melupakan
Albin dan membuka hati untuk Ildira, kakaknya Albin yang sangat mencintainya.
Akhirnya Mae-Mae mau menuruti perkataan Albin. Saat Ildira nembak Mae-Mae,
Mae-Mae menerimanya. Hari ulang tahun Mae-Mae, Mae-Mae mengundang keluarga
Albin dan Andrea. Mereka diajak nonton film di bioskop oleh Mae-Mae. Albin
duduk berdampingan dengan Andrea. Andrea suka dengan filmnya, jadi dia fokus
nonton. Tapi, Albin, dia kurang suka dengan filmnya. Albin membuka diary Andrea
yang ada di HP. Ternyata, apa yang dirasakan Albin selama ini, Andrea juga
merasakannya.
Ditulis oleh : Prayogo Pangestu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar